Monday, July 5, 2010

BANGSA BERBER DI AFRIKA UTARA

BANGSA BERBER DI AFRIKA UTARA

I. PENDAHULUAN

Bangsa Berber merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah di Afrika bagian utara, dimana wilayah tersebut merupakan daerah yang sangat penting bagi penyebaran agama Islam di daratan Eropa, serta menjadi pintu gerbang untuk masuknya Islam kewilayah ini[1]. Dari segi politis masyarakat Berber ini memiliki kekuasaan yang cukup signifikan karena masih sangat bersifat kesukuan, sehingga persatuan dan kesatuan masyarakat Berber ini tetap terjaga.

Dalam makalah ini akan dibahas secara singkat beberapa hal yang berkaitan dengan bangsa Berber di Afrika antara lain mengenai asal–usul bangsa Berber, perkembangannya serta pengaruh bangsa Berber terhadap proses Islamisasi di Afrika dan kesimpulan.

II. PEMBAHASAN

A. Asal Usul Bangsa Berber

Nama Berber seperti yang telah disebut dalam sejarah Yunani dan Romawi Timur, yakni non-Bizantium lebih–lebih dikalangan Yunani sebagai non-Yunani. Sebutan “Berber” dalam proses sejarah dipergunakan sebagai penamaan jenis bangsa yang ada di dataran Eropa sejak Abad ke- 3 M. Asal mula bangsa ini dari tengah– tengah Asia bahkan ada yang menyebut dari daerah Caucasus, Asia Tengah. Mereka mengembara dan mengelana sampai ke Eropa Utara, sebagaian ke perbatasan Eropa Timur sebelum Masehi. Dengan waktu yang lama orang Berber tidak dapat masuk ke wilayah Romawi, dikarenakan mereka sangat dibenci sebagai non–Romawi. Akhirnya rombongan Berber ada yang bermukim di sekitar lembah Sungai Dniper dan kemudian Semenanjung Balkan. Rombongan Berber lainnya menjelajah lembah sungai Rhein, lalu ke Semenanjung Italia dan Galia serta daerah-daerah sekitarnya.

Orang Berber mempunyai banyak ras. Salah satu antarnya ialah ras Nordik. Ras ini merupakan ras yang mempunyai peranan paling besar yang di tinggalkan dalam sejarah Eropa, pada abad-abad pertengahan. Salah satu ras yang kuat di antara suku–suku Jerman adalah suku Gothik. Pada pertengahan abad ke-2 M, orang Goth bermukim di lembah-lembah sekitar Sungai Vistula (Polandia). Tetapi dari sini mereka berhijrah ke dataran Ukraina sebelah utara laut Hitam. Di daerah ini mereka terbagi menjadi dua kelompok bagian. Tervinggi, yaitu orang Goth Barat yang mendiami daerah hutan, dan Goritonggi, yaitu orang Goth Timur yang mendiami dataran-dataran luas.

Pada abad ke-5 suku-suku Gothik memasuki Eropa bagian Barat, yaitu Galia ( Prancis dan Iberia (Spanyol dan Portugal). Suku-suku Berber yang berasal dari daerah Sungai Vistula dan Sungai Oder (Jerman) datang memasuki daerah Bayern (Bavaria) di sebelah tenggara Jerman. Dari sini sebagian dari mereka menyebar sampai ke Galia dan Iberia. Di Semenanjung Iberia ini orang Vandal memberi nama baru bagi daerah pemukimannya, sesuai dengan nama suku mereka sendiri, yaitu Vandalusia yang kemudian hari berubah menjadi Andalusia atau Andalus.[2]

Mereka mendapatkan tekanan berat dari bangsa Goth Barat, terhadap orang Vandal di Iberia, yang menyebabkan orang–orang Vandal ini meninggalkan Semenanjung Iberia, dan kemudian menyeberangi laut dan mendarat di Aljazair bagian timur (423 M)[3], dengan jumlah 80.000 orang di bawah pimpinan Geiserik (Vandal). Geiserik mengalahkan tentara Bizantium dan berhasil menguasai ibu kota propinsi Pemerintahan Romawi di Afrika: Carthage, Tunisia, Afrika Utara[4]. Pada tanggal 19 Oktober 439 M, orang–orang Vandal melancarkan serbuan ke Chartage dan berhasil mendudukinya. Di sini Geiserik mengumumkan dirinya sebagai raja di Afrika Utara dan menjadikan Kota Chartage sebagai ibu kota kerajaan.[5] Sejak itu, belahan dunia yang lain sebutan Berber atas diri mereka lambat laun hilang.[6]

B. Perkembangan Bangsa Berber di Afrika

Pada perkembangan selanjutnya, ketika Islam masuk ke wilayah Afrika Utara pada saat wilayah itu dikuasai oleh kekaisaran Romawi; sebuah imperium yang amat luas dan melingkupi beberapa negara dan berbagai jenis bangsa manusia. Penaklukan daerah ini pada dasarnya sudah mulai dirintis pada masa kekhalifahan Umar Ibn Al Khatab. Pada tahun 640 M ’Amr ibn al- ’Ash berhasil memasuki Mesir[7], tetapi penyerbuan yang betul – betul baru terjadi empat puluh tahun kemudian, di zaman Umayyah, yang mendirikan perkampungan askar Arab Muslim di Qayrawan dekat Tunisia.[8]

Islamisasi di Afrika ini tidak berjalan dengan mulus, karena adanya guncangan politik akibat pemberontakan yang dilakukan oleh orang–orang Berber dan orang–orang Romawi muncul silih berganti. Dalam keadaan seperti itu maka dilakukanlah pergantian Gubernur dari Hasan ibn Nu’man kepada Musa ibn Nushair tahun 708 M pada awal–awal pemerintahan al- Walid ibn Abdul Malik. Dengan pergantian pemimpin ini memicu orang–orang Berber untuk melakukan pemberontakan, tetapi Musa ibn Nushair dapat mematahkan pemberontakan tersebut dan untuk mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi, dia menerapkan kebijakan ” perujukan ”, yaitu taktik menempatkan orang–orang Berber ke dalam pemerintahan Islam. Akan tetapi, dari pulau–pulau Mediterania, orang–orang Bizantium mengganggu orang–orang Islam di Afrika Utara. Musa mengirimkan suatu ekspedisi untuk menumpas mereka dan berhasil merebut wilayah-wilayah seperti: Majorca, Minorca, dan Ivica.[9]

Dampak pengaruh dari kebijakan ini selain bagi kemajuan Islam di Afrika, tentunya juga bagi bahasa Arab mengalami kemajuan yang pesat di berbagai kota sebagai bahasa percakapan. Banyak orang Berber, baik yang Nomad maupun yang menetap, melakukan perkawinan silang dengan pendatang baru itu; meskipun juga masih ada orang–orang Berber pedalaman yang mempertahankan bahasa dan adat istiadat mereka. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan peradaban orang–orang Badui dengan peradaban penduduk setempat, yaitu kesukuan dan peladang. Dengan cara inilah secara bertahap terbentuk penduduk Berber–Arab yang sampai saat ini mendiami sebagian besar Afrika Utara.[10] Kemajuan lain yaitu pulau–pulau yang di bawah pemerintahan Islam ini menjadi sangat berkembang. Sebagaimana di tempat– tempat lain, orang–orang itu kemudian mendirikan bangunan–bangunan yang indah, memperkanalkan berbagai kerajinan tangan, dan memperbaiki keadaan negeri dalam berbagai bidang dengan sistem yang berbeda.

Bangsa Berber di daerah-daerah Afrika Utara mempunyai tiga suku besar yang memegang peranan penting, yaitu suku Luwata, Sanhaja dan Zinana. Suku Luwata menduduki daerah-daerah bagian timur, suku Sunhaja menduduki daerah-daerah bagian barat dan suku Zinana yang terdiri dari orang-orang pegunungan dan pengembara. Antara suku-suku Luwata dan Sunghaja terdapat permusuhan dan sering terjadi bentrokan senjata. Kedaan ini dimanfaatkan benar oleh para panglima Bani Umayyah untuk menundukkan kedua-duany. Maka berduyun-duyunlah orang-orang Berber mendatangi pasukan Muslim Arab untuk menyatakan diri memeluk agama Islam. Besar sekali jumlah mereka yang langsung bergabung ke dalam pasukan Muslimin. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, di Afrika Utara bagian barat, jumlah pasukan yang berasal dari Berber melebihi jumlah dari Arab dan Persia[11].

Pada perkembangan selanjutnya, kondisi di Afrika masih terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh bangsa Berber dan Kum Khawarij. Suatu sekte baru orang – orang fanatik yang disebut Saffariyah. Mereka membunuh gubernur dan menguasai kota Tangier. Setelah itu mereka bergerak menuju Qayrawan. Tentara Muslim yang menghadang musuh dihancurkan di dalam suatu pertempuran yang terkenal dengan nama ”Perang Kaum Bangsawan”. Akibat kekalahan itu mengacaukan seluruh Afrika Utara. Kemudian mendengar keadaan seperti itu, Hisyam mengangkat Kulsum untuk mengangkat tentara Muslim ( 973 M ), tetapi gagal. Mendengar malapetaka ini kemudian, Hisyam mengangkat Hanzala menjadi gubernur Afrika. Dia memadukan semangat keagamaan zaman Umar dengan kelembutan hati yang tidak biasa pada zaman itu. Sambil berdiri di tengah-tengah lapangan di depan Masjid Agung, dia berpidato kepada khalayak ramai bahwa perjuangan antara orang-orang Islam yang terkepung dengan para pemberontak yang ada di luar adalah pertempuran antara hidup-mati, dan bahwa kemenangan Berber akan berarti pembantaian penduduk tanpa pandang bulu. Hanzala berhasil memulihkan ketentraman dan kemakmuran di Afrika Utara dengan mengalahkan orang–orang Berber dan Kum Khawarij di medan tempur yang dikenal sebagai ”Medan Berhala”. Sebanyak 180.000 orang Berber, dengan para pemimpin mereka dikabarkan terbunuh dalam perang tersebut. Selama Hanzala memegang kendali pemerintahan, negeri itu bebas dari gangguan–gangguan. Di bawah pemerintahan yang adil dan lembut. Afrika Utara segera pulih kembali kemakmurannya.[12]

Kebangkitan Muslimin Berber di Afrika Utara pada permulaan abad ke-11 M, berbeda halnya dengan keadaan dan sikap bangsa-bangsa Berber pada permulaan abad ke-11 M. Yaitu bangsa Berber yang sudah hampir tiga setengah abad lamanya memeluk agama Islam. Pada zaman itu kaum Muslimin Berber melakukan serentetan pemberontakan terhadap para penguasa Arab setempat, yang telah berkeping-keping dalam berbagai aliran sekte agama dan terpecah belah dalam memperebutkan duniawi. Bangsa-bangsa Berber memberontak dengan tujuan hendak menciptakan kesatuan politik dan agama di Afrika Utara.

Selama abad tersebut di Afrika Utara berlangsung gerakan kebangkitan Berber, yang terpenting dan besar peranannya dalam sejarah, ialah kaum Murabithin dan kaum Muwahhidin. Kedua-duanya berasal dari Maroko dan sekitarnya. Gerakan mereka juga merupakan reaksi dari pihak aliran Ahlus-Sunnah terhadap serangan-serangan bulan sabit yang dilancarkan oleh seorang Khalifah beraliran Sy’iah di Kairo ke daerah-daerah bagian barat Afrika Utara.[13]

Munculnya dinasti–dinasti di Afrika ini juga tidak terlepas dari peranan dan pengaruh dari bangsa Berber yang telah bergabung dengan Islam. Krisis politik yang terjadi pada pertengahan abad ke 8 M, berupa pergantian kekuasaan dari bani Umayyah ke bani Abasiyyah. Pengalihan pusat pemerintahan tersebut paling tidak membawa akibat yang cukup penting bagi hubugan antara pusat dan daerah. Pada tahun 757 M, beberapa suku Berber dari Jabal Nefusa, yang menganut paham Khawarij sekte Ibadiyah, berhasil menduduki Tripoli dan tahun berikutnya Qayrawan. Setelah beberapa saat di Qayrawan kelompok pimpinan Abdurrahman ibn Rustam ini pergi ke Aljazair barat dan kemudian mendirikan basis Kharijiyyah di Tahert tahun 761 M. Dari sinilah dinasti Rustamiyyah yang bertahan hingga tahun 909 M ketika Tahert, sebagai ibukotanya, jatuh ke dinasti Fatimiyyah. Pada saat yang hampir bersamaan, di Maroko berdiri dinasti Idrisiyah yang beribukota di Fes. Dinasti ini didirikan oleh Idris ibn Abdullah yang bermandzab Syi’ah. Dinasti Idrisiyyah di Maroko, ini dapat bertahan cukup lama yaitu dari tahun 788 M hingga tahun 974 M, hal ini karena didukung oleh dua faktor. Pertama, pemerintahannya mendapatkan dukungan penuh dari orang-orang Berber yang terkenal kuat dan gagah perkasa. Kedua, pusat pemerintahannya jauh dari kota Baghdad .[14]

Perkembangan selanjutnya dinasti Berber di Afrika Utara, yaitu ada dua dinasti Berber, Almoravid dan Almohad, yang masing-masing mempermaklumkan dokttrin agama aliran baru yang berbeda-beda, untuk sementara waktu berhasil memantapkan keunggulan mereka di Afrika Utara. Kemenangan Almoravid adalah kemenangan Lemtuna (Berber nomad dari Sahara, antara Maroko Selatan dan tepi-tepi Sungai Senegal dan Niger). Mereka masuk Islam pada abad ke-3 H, dan diajari ajaran-ajaran Islam yang benar oleh seoarang ”marabout” (orang suci), Ibnu Yasin, untuk menyebarkan agama itu di antara orang-orang Sudan, Sahara dan Maroko Selatan. Kepala suku mereka, Yusuf bin Tasyifin, mendirikan Marrakesy pada tahun 1062 M, menundukan seluruh Maroko dan Maghribi Tengah, memukul mundur orang-orang Kristen di Jazirah Iberia dengan kemenangan Zallaqa pada tahun 1086 M, memecat amir-amir Andalusia, dan dia menjadi satu-satunya penguasa Spanyol Muslim.

Masmuda dari Deren, yang mengubah unitarianisme (tauhid, asal nama Almohad) dengan dakwah Ibnu Tumarat, menentang mereka. Dengan dipimpin oleh seorang Berber Kumiya yaitu Abdul Mukmin, mereka segera mengakhiri kekuasaan Almoravid. Imperium yang didirikan oleh Almohad bahkan lebih besar daripada imperium para pendahulu mereka. Jadi, suatu imperium Berber yang besar meluas ke seluruh Afrika Utara. Seperti Almoravid, Almohad tidak bisa mempertahankan keortodoksan di dalam agama. Salah seorang dari mereka, Ibnu Mukmin, mengutuk kenangan kepada Ibnu Tumarat dan marah-marah kepada mukmin yang benar. Satu abad setelah kematian kematian Abdul Mukmin, keturunannya yang terakhir, Abu Dabbus, berakhir riwayatnya secara hina sebagai pemimpin gelombolan perampok pada tahun 1279 M.

Pada waktu itu, Maghribi terbagi di antara penguasa-penguasa baru sepereti: Marinid di Fes, Abdul Wadis di Tlemsen dan Hafsid di Tunis.di Maroko, suku-suku daerah pegunungan tetap memberontak kepada kaum Marid; di Maghribi Tengah, banu Wemannu dari Warsenis, Zwawa dari Jurjura, Kabyle dari Constantine, orang-orang Zab dan Jerid, melepaskan diri dari kekuasaan pangeran-pangeran Constantine, Bejaya dan Tunis. Sejak abad ke-14, bangsa Berber mendirikan pos-pos penjagaan diperbatasan negeri orang-orang Negro sejajar dengan yang dibentuk oleh orang-orang Arab di perbatasan-perbatasan kedua Maghribi.

Pada dewasa ini, bangsa Berber terpencar-pencar di wilayah yang sangat luas, yang dibatasi di sebelah timur oleh wahah-wahah Siwah, padang pasir Libya dan pegunungan Tibesti; di sebelah barat oleh Samudera Atlantik dan di sebelah selatan oleh negeri-negeri Hausa aliran tengah Sungai Niger dan Senegal[15].

III. PENUTUP

Kesimpulan

Sejarah panjang bangsa Berber telah memberikan warna tersendiri bagi perjalanan Islam di Afrika untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Bangsa Berber ini diperkirakan berasal dari Caucasus, Asia Tengah, yang kemudian mengembara sampai ke Eropa Utara. Mereka ada yang bermukim di sekitar lembah sungai Dniper bahkan ada juga yang di Jerman. Ketika mereka datang ke semenanjung Iberia daerah tersebut kemudian diubah menjadi Vandalusia. Karena persaingan politik dengan Goth, mereka terusir lari ke Afrika Utara. Ketika di Afrika inilah kemudian bangsa Berber mulai berkembang, bahkan sudah ada akulturasi budaya dengan budaya Arab, sehingga memperkaya kebudayaan yang ada di Afrika waktu itu. Selain itu perkembangan bangsa Berber selanjutnya yaitu ketika Islamisasi di Afrika yang merupakan babak bagi perjalanan bangsa Berber untuk mendukung maupun memberontak terhadap kedatangan Islam diAfrika. Ada sebagian yang mendukung Islam dengan masuk dalam pemerintahan Islam, hal ini dilakukan pada masa Musa ibn Nushair, dan ada juga yang memberontak terhadap Islam seperti pada perang kaum bangsawan, yang mengacaukan seluruh Afrika Utara.

Perkebangan berikutnya, banyak muncul dinasti – dinasti kecil yang ada di Afrika, yang di dukung oleh bangsa Berber, seperti Idrisiyah di Maroko maupun dinasti Rustamiyah yang berpaham Kharijiyyah sekte Ibadiyah.

DAFTAR PUSTAKA

Akhiroh, Nur. ”Islamisasi Di Afrika Utara 639 – 710 M: Tinjauan Historis (Skripsi)”.

Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2005

Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka

Book Publisher , 2007

Mahmudunnasir, Syed. Islam Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Adang Affandi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994

Maryam, Siti,dkk(ed). Sejarah Peradaban Islam: “Dari Masa klasik Hingga

Modern”. Yogyakarta: LESFI, 2004

Morgan, Kenneth, W. Islam Jalan Lurus ,terj.Abussalamah. Jakarta: PT Dunia

Pustaka Jaya, 1980

Tohir, Muhammad. Sejarah Islam Dari Andalusia Sampai Indus. Jakarta: Pustaka

Jaya, 1981



[1] Siti Maryam, dkk ( ed ), Sejarah Peradaban Islam :“Dari Masa klasik Hingga Modern” ( Yogyakarta:LESFI,2004), hlm. 219

[2] Muhammad Tohir, Sejarah Islam Dari Andalusia Sampai Indus ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1981 ), hlm. 210-212

[3] Nur Akhiroh, ” Islamisasi Di Afrika Utara 639 – 710 M: Tinjauan Historis ( Skripsi )” ( Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2005 ), hlm. 15

[4] M.Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher , 2007 ) hlm.184

[5] Akhiroh, ”Islamisasi”, hlm. 15

[6] Karim, Sejarah, hlm.184

[7] Maryam, dkk ( ed ), Sejarah, hlm. 220

[8] Kenneth W. Morgan, Islam Jalan Lurus ,terj.Abussalamah ( Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1980 ), hlm. 274

[9] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, terj. Adang Affandi ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994 ), hlm. 315

[10] Maryam, dkk ( ed ), Sejarah, hlm. 223

[11] Tohir, Sejarah, hlm.89

[12] Mahmudunnasir, Islam, hlm. 315-316

[13] Tohir, Sejarah, hlm. 391-392

[14] Maryam, dkk (ed ), Sejarah, hlm. 224

[15] Mahmudunnasir, Islam, hlm. 319-320

No comments:

Post a Comment