Thursday, October 6, 2011

KONDISI ASIA SELATAN SEBELUM MASUKNYA ISLAM

Oleh: Rahman Soleh, S. Hum

I. PENDAHULUAN

Asia Selatan (dulu India), merupakan suatu Jazirah dari benua Asia yang memiliki keunikan tersendiri bagi perkembangan kebudayaan di wilayah Asia tersebut. Salah satu keunikan dari wilayah ini adalah beragamnya bangsa-bangsa yang datang dari luar India yang kemudian membentuk agama baru, serta kebudayaan baru.

Keunikan lain yang perlu diketahui juga adalah adanya kebudayaan yang sudah tinggi di miliki oleh India pada tahun-tahun jauh sebelum masehi, serta corak kerajaan-kerajaan besar yang pernah menguasai wilayah ini, sehingga menunjukkan kemajuan yang signifikan baik dalam bidang perdagangan, politik, sosial, agama maupun ilmu pengetahuan.

Dalam sejarahnya India secara umum di pengaruhi oleh tiga invasi besar. Pertama, invasi oleh bangsa Arya, kedua, invasi agama Islam, dan ketiga adalah invasi oleh bangsa Barat ( Inggris ).[1] Melihat proses invasi tersebut tentunya menarik apabila pengkajian Islam di Asia Selatan ini di mulai dari perkembangan awal pembentukan masyarakat India sampai sekarang, tetapi dalam makalah ini tidak membahas secara keseluruhan hanya akan membahas kondisi Asia Selatan (dulu India ) sebelum Islam masuk ke wilayah tersebut dengan berbagai kondisi yang meliputi perkembangannya

II. PEMBAHASAN

A. Asal Usul India

India, negeri yang penuh pertentangan. Punya kesatuan geografis yang fundamental, tetapi tak pernah mengenal kesatuan politik yang riil, kecuali yang baru-baru ini dipaksakan oleh Inggris. Penuh dengan berbagai golongan, menyebabkan tidak mampu menolak serangan-serangan. Penuh oleh beragam ras yang terpisah dan bermusuhan dengan berbagai perbedaaan kepercayaan, bahasa dan kebudayaan.[2]

Nama India itu merupakan nama baru yang disebut dalam ejaan orang Barat. Aslinya adalah Hind, terambil dari nama sungai Shindu, salah satu sungai besar yang ada di India, dari kata tersebut kemudian menjadi Hindustan. Nama India juga berasal dari kata Shind, diambil dari nama penguasa dahulu di India yaitu anak dari Nabi Nuh, yang menguasai lebih besar dibanding dengan saudaranya yang lain yaitu Hind dan Bang. Kata Shind sama artinya dengan Bharata.[3] Beratus tahun sebelum Nabi Isa lahir, India telah menempati kedudukan yang tinggi dalam tamaddun dunia, terutama dalam soal-soal keagamaan dan metafisika. Dari sanalah timbulnya agama Brahmana yang terkenal. Dari sana pula timbul Budha Gautama. Bahkan telah diselidiki bekas tamaddun dari 5000 tahun yang lalu dengan penggalian sisa-sisa negeri yang bernama Mohendo-Daro dan Harrapa. Dari bekas-bekas runtuhan kota lama itu telah didapati orang dengan kepandaian penduduknya dalam seni bangunan, sudah mengenal tulisan, serta sudah mengenal mata uang.

Kemudian, jika dilihat hubungannya dengan Arab, kemungkinan besar dengan kemajuan yang sedemikian rupa tinggi di India, niscaya telah lama hubungannya dengan bangsa Arab, walaupun sebelum Islam. Dengan bukti adanya semacam pedang yang terpuji buatanya di tanah Arab di zaman dahulu yaitu ” Saif Muhannad”, artinya pedang yang ditempa secara Hind. Malahan disangka orang bahwa perkataan ”Handasah” artinya ilmu ukur terambil dari kata-kata ”Hindu” juga.[4]

B. Kondisi Umum India Sebelum Masuknya Islam.

Sekitar tahun 6000-5000 SM. bangsa Dravida datang ke India dari Asia Barat dengan kepercayaan terhadap adanya Tuhan secara abstrak. Mereka ini yang di anggap sebagai penduduk pribumi asli India, yang ditunjukkan dengan adanya kebudayaan Mahendo-Daro tersebut sebagai milik dari bangsa Dravida ( jauh sebelum bangsa ini datang sebenarnya sudah ada suku bangsa Negrito dan Astronosoid ). Kemudian pada abad VI SM. bangsa Arya[5] dari Persia datang menguasai punjab dan Benaras ( India Utara ) dengan membawa kepercayaan adanya Tuhan secara nyata. Dasar kepercayaan bangsa Arya adalah Syirik. Akhirnya bangsa Arya yang lebih kuat memaksa bangsa Dravida untuk menganut kepercayaannya. Kemudian kepercayaannya itu berkembang menjadi agama Brahmana ( Hindu ) yang melahirkan kasta-kasta.

Pada tahun 599 SM. lahir Mahawir yang mempelopori lahirnya agama Jain. Dasar agama ini adalah pertapaan dan meninggalkan kemewahan. Mereka tidak memiliki kitab suci. Satu-satunya sumber keagamaan adalah Mahawir. Ajaran pokok agama Jain ini adalah Ahimsa ( tidak hasad ), agama sejati berlaku bagi semua makhluk dan lama-kelamaan ajaran ini melebur dalam agama Hindu. Kemudian pada tahun 557 SM. lahir Gautama Budha di Kapilabastu, kaki gunung Himalaya yang menjadi pelopor lahirnya agama Budha.[6]

Secara umum gambaran kondisi India pada saat Islam sebelum masuk adalah sebagai berikut:

1. Kerajaan-kerajaan yang ada di India sebelum Islam masuk.

a. Kerajaan Maurya

Pada tahun 327 SM. datanglah Iskandar Zulkarnaen dari Persia ke India melalui Sela Kaibair dan menguasai India di daerah Punjab, tetapi kekuasaannya itu tidak tahan lama. Kemudian, pada tahun 324 SM. pecah pemberontakan dibawah pimpinan Candragupta dan berhasil menghalahkan Iskandar Zulkarnaen, serta berhasil mengusir penduduk asing tersebut dari India ( sedudah sepeninggalnya Iskandar Zulkarnaen w. 323 SM. )

Berdirilah sekarang kerajaan Maurya, dengan Candragupta Maurya sebagai raja pertamanya. Dalam waktu singkat kekuasaan Maurya sudah membentang dari Khasmir di barat hingga daerah lembah sungai Gangga di timur. Ibukota kerajaan ini adalah di Pattaliputra. Pada perkembangan selanjutnya, kerajaan ini dipimpin oleh Asoka ( 268-232 SM ) cucu Candragupta Maurya. Di bawah Raja Asoka, kerajaan Maurya mengalami zaman gemilang. Kalingga dan Dekkan ditundukkannya. Akan tetapi menyaksikan korban dan bencana perang yang dasyat di Kalingga, ia menjadi terharu dan menyesal. Sejak saat itu tidak lagi, ia melakukan peperangan dan lebih mencita-citakan perdamaian serta kebahagiaan bagi umat manusia.

Pada awalnya Asoka beragama Hindu tetapi kemudian menjadi pengikut agama Budha dan agama tersebut menjadi dasar pemerintahannya. Banyak kemajuan yang dicapai oleh Asoka antara lain adalah didirikannya tiang-tiang batu bertahtahkan ajaran Budha di segala penjuru kerajaannya. Setelah Asoka meninggal, kerajaan lalu terpecah-pecah dalam bagian-bagian kecil, namun akhirnya beberapa abad kemudian muncullah seorang raja yang gagah perkasa, bernama Candragupta I, pembangun kerajaan Gupta.

b. Kerajaan Gupta

Candragupta I ( 320-330 ) membangun kerajaan ini berpusat di sungai Gangga. Berlainan dengan Asoka, Candragupta I ini beragama Hindu, tetapi agama Budha tetap berkembang dengan suburnya. Zaman Gupta dalam sejarah India di pandang sebagai zaman yang paling gemilang atau disebut juga dengan zaman keemasan. Puncak kemegahann kerajaan Gupta dicapai pada masa pemerintahan Raja Samudragupta anak Candragupta I.

Perkembangan selanjutnya, kerajaan Gupta dipimpin oleh Samudragupta (330-373 ), seluruh lembah Gangga dan Sindu di taklukkannya serta India Selatan juga dikuasainya. Ia memilih kota Ayodya sebagai ibu kota kerajaannya. Kemudian setelah Samudragupta mati kerajaan ini di pimpin oleh Candragupta II ( 375-415 ), pada masa ini kerajaan makmur dan sejahtera, banyak gedung indah didirikan, perdagangan dan pelayaran makin maju, kesenian, ilmu pengetahuan, kesusastraan juga maju dengan pesat.

Sepeninggal Candragupta II, kerajaan Gupta mulai mundur, berbagai suku bangsa di Asia Tengah datang menyerbu. Hampir dua abad masa gelap ini menimpa India. Akhirnya pada abad ke 7, tampilah kembali seorang raja yang kuat bernama Harshavardhana, dengan membangun kembali kerajaan tersebut. Disisi lain Islam lahir yang dibawa oleh Nabi Muhammad di Mekkah pada abad ke 7 M.

Selain kerajaan-kerajaan tersebut diatas, pada bagian India Selatan juga terdapat kerajaan-kerajaan besar seperti Kerajaan Andhara, Kerajaan Palawa dan Kerajaan Cola.[7]

2. Kondisi Politik

Kondisi politik di India sejak dahulu mengalami berbagai gejolak dengan adanya beberapa kerajaan-kerajaan yang saling berperang satu sama lain pada masa awal invasi Arab. Seperti yang telah diungkapkan pada pembahasan diatas, bahwa setelah sepeninggalnya Candragupta II, keadaan mulai kacau sampai tampilnya Raja Harshavardhana di Qanauj, mengembalikan kestabilan politiknya, tetapi kemudian sepeninggalnya raja tersebut, kerajaan jatuh berkeping-keping di ikuti dengan kerusuhan diantara putra mahkota demi merebutkan kekuasaan. Kekacauan politik terburuk sering terjadi di tanah ini ( India ) selama lebih dari 50 tahun. Bagian tersisa dari negeri ini dibagi-bagikan diantara banyak penguasa independen dengan beragam tingkat kekuasaan dan kehormatan.

Sistem pemerintahan pada masa kerajaan ini adalah terdiri dari Raja, Menteri, Kepala Propinsi ( Uparika ), Kepala Distrik dan Kepa Desa. Raja sebagai kepala administrasi yang juga menggabungkan semua kekuatan legislatif, eksekutif, yudikatif dam militer dalam dirinya. Jabatan ini bersifat turun-temurun tetapi kadang raja juga dipilih. Para Menteri bertugas membantu dan memberi saran kepada raja. Dalam sistem kerajaan ini juga ada propinsi-propinsi bagian dari kerajaan yang di kepalai oleh Uaparika. Kemudian propinsi juga di bagi kedalam beberapa distrik yang disebut Vaisaya ( petugas distrik disebut Vaisayapati ). Sedangkan desa merupakan unit terkecil administrasi yang dikepalai oleh Panchayat.

3. Kondisi Ekonomi

Secara keseluruhan rakyat di India dapat dikatakan sudah makmur. Rakyat berada dalam kondisi sejahtera, pertanian merupakan pekerjaan utama rakyat setempat. Bagla dan Gujarat terkenal sebagai tempat produsen serta pengekspor barang-barang tekstil kapas. Kondisi ekonomi semacam ini setidaknya dapat dirasakan rakyat pada saat kegemilangan kerajaan-kerajaan yang ada di India seperti masa Raja Asoka dari kerajaan Maurya.

4. Kondisi Agama

Di India terdapat tiga agama besar yaitu Budha, Jain dan Hindu pada awal penaklukan Arab. Agama Jain tidak populer dan agama Budha sedang menurun,. Agama Hindu adalah agama yang paling penting bagi India. Hampir seluruh raja menganut agama Hindu dan mengambil langkah-langkah untuk kepentingan agamanya. Tekanan dari Brahmana terhadap penganut agama Budha menyebabkan mereka mengharapkan datangnya kekuatan lain untuk menghindari penguasaan Hindu.[8]

Dengan melihat kondisi seperti ini setidaknya ada dua faktor yang perlu dicermati, yang pertama, bahwa bangsa India sulit di tembus oleh kekuasaan ataupun kepercayaan lain, hal ini karena sudah mengakar kuat sistem pemerintahan Monarkhi India yang pernah mengalami kegemilangan sebelum Islam datang dengan kemajuan dalam berbagai bidang, serta salah satu agama menjadi agama negara dan diperjuangkan secara sungguh-sungguh sehingga sulit untuk menembus kesana, seperti masa Asoka agama Budha menjadi agama kerajaan atau masa Candragupta I, agama Hindu mengakar kuat pada kerajaannya. Kedua, bahwa adanya ketidaksenangan agama Budha sebagai agama besar di India merasa tersaingi dan tersingkir oleh kekuasaan Hindu maka menginginkan adanya kekuatan luar untuk masuk ke India sebagai tandingan terhadap Hindu, sehingga menjadikan Islam masuk kesana dapat perhatian lebih dari agama tersebut.

5. Kondisi Sosial

Kondisi sosial pada anak benua India ini, jelas terlihat bahwa kondisi masyarakatnya yang terdiri beberapa suku bangsa akan mengalami perbedaan-perbedaan kultur yang membentuknya. Kondisi sosial yang semcam ini juga tidak bisa terlepas dari sitem agama Hindu yang mempengaruhinya dengan membagi masyarakat dalam empat kasta ( Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra ). Bangsa Arya termasuk 3 kasta yang tertinggi, sedangkan orang Dravida di masukkan dalam kasta Sudra. Di luar ke empat kasta tersebut masih terdapat lagi satu golongan besar yang nasibnya sangat menyedihkan yaitu golongan Paria, mereka tidak masuk apa-apa.[9]

Secara umum rakyat menikah diantara kastanya masing-masing dan perkawinan antar kasta sangat jarang terjadi. Poligami banyak diterapkan dalam masyarakat, tetapi kaum wanita tidak di bolehkan menikah untuk kedua kalinya.[10]

III. PENUTUP

Kesimpulan

Kondisi Asia Selatan (dulu India) pada masa sebelum masuknya Islam telah mengalami perkembangangan yang sudah cukup lama dari beberapa tahun sebelum masehi. Dalam perkembangan tersebut, India sudah mempunyai kebudayaan tinggi yaitu Mohendo-Daro dan Harrapa yang kemungkinan besar milik bangsa Dravida.

Asal usul India aslinya adalah Hind yang diambil dari nama Sungai Shindu. Daerah ini di datangi oleh dua suku bangsa yang besar yaitu Dravida dari Asia Barat yang mempercayai adanya tuhan secara abstrak dan suku bangsa Arya yang datang dari Persia dengan membawa kepercayaan adanya tuhan secara nyata. Kemudian dari sinilah di India melahirkan agama Brahmana ( Hindu ) dab Budha. Selain dua agama tersebut juga ada agama Jain tetapi tidak populer di India dan bahkan melebur dengan Hindu.

Secara general kondisi india sebelum Islam datang kesana sudah relatif tertata masyarakatnya dengan kehidupan ekonomi yang makmur, meskipun adanya polemik politik karena perebutan kekuasaan di antara putra-putra mahkota, namun kondisi keagamaan di India cukup terjaga tidak mengalami kemunduran.

DAFTAR PUSTAKA

Hamka. Sejarah Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Jilid 3

Karim, Abdul. Sejarah Islam Di India. Yogyakarta: Bunga Grafis Production, 2003

Kutojo, Sutrisno, dkk. Sejarah Dunia. Jakarta: Widjaya, 1990. Jilid 1

Maryam, Siti, dkk. Sejarah Peradaban Islam ”Dari Masa Klasik Hingga Modern”.

Yogyakarta: LESFI, 2004

Stoddard.L. Dunia Baru Islam. Jakarta: Panitia Penerbit, 1966



[1] L. Stoddard, Dunia Baru Islam (Jakarta: Panitia Penerbit, 1966), hlm. 202

[2] Ibid.. hlm. 202

[3] Sumber dari kuliah Sejarah Islam di Asia Selatan Semester 6, tanggal 15 Februari 2010

[4] Hamka, Sejarah Umat Islam ( Jakarta: Bulan Bintang, 1997 ), jilid 3, hlm 116

[5] Dalam bukunya L. Stoddard, Dunia Baru Islam, orang Ayra, bangsa kulit putih, berangkat dari Central Asia melintasi barat laut. Kemudian menaklukan Dravida dan membentuk agama baru. Lihat pula Sutrisno K.dkk., Sejarah Dunia ( Jakarta: Widjaya, 1990 ), jilid 1,hlm. 75

[6] Abdul Karim, Sejarah Islam Di India ( Yogyakarta: Bunga Grafis Production, 2003 ), hlm. 3-4 lihat juga, Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam ”Dari Masa Kalsik Hingga Modern” ( Yogyakarta: LESFI, 2004 ), hlm. 165

[7] Sutrisno Kutojo,dkk., Sejarah, hlm. 79-83

[8] Karim, Sejarah, hlm. 4-6

[9] Sutrisno, dkk., Sejarah, hlm. 75

[10] Karim, Sejarah, hlm. 6

No comments:

Post a Comment