Wednesday, October 12, 2011

Review book: Historiografi Haji Indonesia

Judul : Historiografi Haji Indonesia

Pengarang : Dr. M. Shaleh Putuhena

Penerbit : LKiS

Tahun : 2007

Jumlah hlm. : xx + 436 halaman

PENGANTAR

Buku berjudul Historiografi Haji Indonesia ini merupakan suatu karya yang bagus dan menarik karena pembahasannya cukup lengkap mulai awal sejarahnya sampai pada hal-hal yang bersifat tata cara pelaksanaan haji itu sendiri, sehingga bagi pembaca yang akan mempelajari haji di Indonesia ini terbantu sekali dengan buku karya Shaleh Putuhena. Dalam pembahasan Historiografi Haji Indonesia, Putuhena menuliskan lebih detail dengan berbagai peristiwa yang melatarbelakanginya, seperti halnya berbagai pengaruh Belanda dalam pelaksanaan Haji Indonesia, yang notabenya banyaka menceritakan pada abad-abad 19 dan 20.

Pada waktu itu Ibadah Haji menjadi sasaran pengawasan ketat oleh Kolonial Belanda karena telah menimbulkan banyak berbagai pemeberontakan yang dipimpin oleh para ulama di berbagai daerah. Perlu di perhatikan juga dalam buku ini memuat tentang pengaruh ibadah haji terhadap aktivitas perpolitikan di Indonesia sehingga dari kegiatan Ibadah ini dapat melahirkan berbagai semangat perjuangan dengan membentuk berbagai organisasi Islam yang mengarah kepada kemerdekaan Indonesia.

Dalam buku ini membahas antara lain tentang sejarah Haji, Fakto-faktor yang mendukung perjalanan Ibadah Haji Indonesia, kondisi Haji sebelum abad XX, kegiatan Haji di Hijaz, Manajeman Haji dan hubungan Haji dalam bidang Politik, Ekonomi serta Keagamanan di Indonesia. Dalam setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang dibahas secara jelas sehingga memudahkan dalam memahaminya. Dalam buku ini mulai dari bab I sampai bab VI, lebih mengutarakan tentang Sejarah dan kegiatan Ibadah Haji, sementara pada bab VII sampai bab IX atau terakhir membahas tentang pengaruh kegiatan Haji terhadap berbagai bidang seperti Politik, Ekonomi dan keagamaan.

Tujuan penulisan ini adalah untuk mereview secara singkat tentang buku ini agar memudahkan dalam mengidentifikasi content serta memudahkan dalam memahami isi buku tersebut.

ISI

Dalam review buku ini sistemtika pembahasannya dibagi dalam dua bagian yaitu bagian pertama mulai dari bab I sampai bab VI dan bagian kedua mulai dari bab VII sampai bab IX. Pembagian ini didasarkan pada isi buku yang memiliki karekter berbeda dari dua bagian tersebut. Pada bagian pertama buku ini mengetengahkan tentang sejarah serta kegiatan ibadah haji yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia yaitu pertengahan abad 19, pada bagian ini juga membahas tentang kegiatan Haji yang di lengkapi dengan manajemen haji pada masa-masa kolonial Belanda berkuasa di Indonesia. Kemudian pada bagian kedua berisikan hubungan Haji terhadap bidang politik, ekonomi dan keagaamaan.

Pembahasan bagian pertama dari buku ini adalah bab tentang sejarah haji dalam Islam, kegiatan Ibadah haji sudah ada sejak zaman Nabi Adam, namun aktivitasnya agak berbeda dengan sekarang ini karena ibadah sekarang merupakan warisan dari Nabi Ibrahim. Pada masa Nabi Adam ibadah haji masih sangat sederhana, tetapi esensinya hampir sama dengan haji masa Nabi Ibrahim, hal ini dijelaskan oleh Abu Hurairah yang diperkuat oleh Muhammad bin al Munkadar dan Ibn Abu Lubaid al Madani, Adam melaksanakan haji setelah selesai membangun Ka’bah. Pada masa Nabi Ibrahim pelaksanaan haji sudah mempunyai tata cara dan pelaksanaan haji ( manasik ) yang terurai, terutama tempat dan kegiatan. Kegitan Ibadah haji ini sempat diselewengkan oleh orang Jahiliyah dengan maksud untuk menghindari bulan Muharram, masyarakat Jahiliyah menghitung bulan dengan sistem pergeseran sehingga bulan Dulhijjah akhirnya masuk kedalam bulan Muharram, Safar dan seterusnya. Setelah 24 tahun kemudian ibadah haji kembali kepada bulan Muharram. Setelah Islam lahir yang dibawa oleh Nabi Muhammad, maka kegiatan haji makin sempurna dan lebih baik lagi sesuai aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam ibdahnya. Dalam bab ini selain disampaikan tentang sejarahnya juga terdapat ativitas haji yang dilaksanakan seperti sekarang ini dalam hal manasiknya, dan dijelaskan pula syarat-syarat haji serta perkembangan ibadah haji.

Bab kedua adalah membahas tentang faktor-faktor anteseden haji Indonesia, yang membahas tentang awal Islam masuk ke Indonesia dan awal dari kegiatan ibadah haji serta factor-faktor yang mendorong keinginan dari umat Islam di Indonesia untuk pergi ketanah suci, salah satu faktornya adalah adanya hubungan dagang dengan orang-orang dari negara lain seperti Arab, Gujarat dan lain-lain yang telah memberikan pengetahuan baru tentang Islam dengan ibadah wajibnya bagi yang mampu salah satunya adalah ibadah haji. Kegiatan ibadah haji Indonesia sebenarnya sudah ada sejak abad pertama Islam masuk ke Indonesia, tetapi mulai ramai adalah sejak pertengahan abad 19 yang kemudian bertambah ramai setelah di bukanya Terusan Sues. Dari berbagai data bahwa jamaah haji terbesar di Tanah Suci adalah dari Indonesia di banding dengan negara-negara lain yang datang. Situasi semacam ini setidaknya telah memberikan gambaran bahwa Umat Islam di Indonesia mempunyai semangat keagamaan yang tinggi. Faktor lain yang juga mendorong dalam memudahkan ibadah haji ini adalah adanya transportasi pelayaran yang mudah. Kondisi pada abad 18 dan 19 merupakan kondisi yang berat karena adanya aktifitas politik yang tinggi antara kolonial Belanda dengan penduduk pribumi yang menentang adanya penajajahan tersebut. Sehingga di berbagai daerah terdapat pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat yang dimotori ulama daerah melawan kolonial Belanda.

Pada bab III sampai bab V merupakan rangkaian kegiatan Ibadah haji, sebelum abad 20 sampai pertengahan abad 20 dan kegiatan ibadah haji di Hijaz. Ibadah Haji sebelum abad 20, merupakan ibadah yang masih bisa dikatakan belum bersentuhan dengan politik untuk melawan penjajah Belanda melainkan untuk menunaikan ibadah haji sebagai kewajiban umat Islam yang mampu dan untuk memperbaiki keislaman bagi masyarakat di daerah-daerah ulama haji berasal. Tetapi memasuki abad 20 perubahan pemikiran politik orang-orang yang pergi ibadah haji sudah memiliki tujuan untuk belajar disana dan menimba ilmu dari Timur Tengah, sehingga ketika pulang ke Indonesia mereka sudah memiliki bekal yang cukup untuk mempersatukan umat Islam, dalam melawan penjajah dan terjun langsung pada ranah politik Indonesia, serta munculnya organisasi-organisasi politik yang di prakasai oleh para ulama haji ini.

Kondisi semacam ini menimbulkan kekhawatiran dari pihak Belanda sehingga mereka mengawasi lebih ketat lagi adanya ibadah haji yang dapat merepotkan kepentingan politiknya di Indonesia. Salah satu usahanya dengan mengirimkan seorang peneliti tentang Islam yaitu Snouck Hurgronje. Dalam kondisi seperti itu juga dimanfaatkan untuk melakukan pelayanan Haji yang di lakukan Belanda sekaligus untuk mengawasinya. Setidaknya ada empat pihak yang mengurusi dan mengawasi kegiatan ibadah haji tersebut yaitu Kerajaan Usmaniyah, Kerajaan Hasyimiah, Pemerintahan Saudi Arabia, serta terakhir adalah Konsul Belanda yang secara khusus mengurusi perjalanan haji Indonesia.

Masuk pada bagian kedua buku ini adalah bagian tentang hubungan ibadah haji terhadap berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan keagamaan. Secara umum bahwa ibadah haji ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Dalam bidang politik, persinggungannya nampak pada aktivitas politik yang terjadi di Indonesia, yang mana banyak pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah serta beridiriya organisasi politik Isalam yang lakukan atau didirikan oleh para ulama haji yang telah kembali ketanah suci. Mereka kembali dari haji tidak hanya dengan kondisi untuk memperbaiki keislamannya saja, tetapi mereka berusaha untuk membangitkan semangat politik Islam agar bersatu untuk melawan kolonial Belanda. Berbagai upaya dilakukan oleh para ulama tersebut, mulai dari pemahaman terhadap ide-ide baru mereka yang didapat dari tanah suci sampai perlawanan fisik yang dilakukan dengan Belanda. Perlawanan dilakukan diberbagai daerah seperti di Minangkabau, yang dipelopori oleh Haji Rasul ( Haji Abdul Karim Amrullah) dan Syaikh Djamil Djambek (1860-1947), yang menentang terhadap kebijakan dalam ordonasi guru serta kebijakan-kebijakan politik lainya yang dianggap mereka sangata merugikan bangsa Indonesia.

Pada bab selanjutnya adalah pengaruh Haji dalam bidang ekonomi. Ada beberapa kebijakan ekonomi kolonial yang pada dekade abad 19 dan 20, yaitu kebijakan Thomas S. Raffles (1811-1816), kebijakan tanam paksa (1830-1870), kebijakan liberal (1870-1900) dan kebijakan etis pada awal abad 20. Kondisi perekonomian yang dialami pihak Belanda menyebabkan menerapkan berbagi kebijakan seperti diatas. Salah satu kebijakan yang ada adalah tentang kebijakan liberal, sehingga memungkinkan untuk melakukan perdagangan bebas dengan berbagai pihak, akibatnya aktivitas perdangan meningkat dan orang-orang semakin bertambak finansial ekonominya sehingga memudahkan mereka untuk melaksanakan ibadah haji, meskipun pada kenyataanya bahwa kebijakan tersebut menyengsarakan rakyat.

Perjalanan ibadah haji yang dilakukan orang-orang pribumi pada awalnya adalah menggunakan maskapai pelayaran yang disediakan oleh Inggris dan pedangang Arab. Kemudian melihat besarnya potensi ekonomi dari usaha pelayaran tersebut, Belanda akhirnya menyediakan transportasi haji, yang antara lain perusahaan Nederland, Rotterdamsche LIoyd dan Oceaan Maatschappij. Kebijakan yang diterapkan oleh Belanda pada pengangkutan haji ini adalah hak monopoli untuk membeli tiket pulang-pergi agar keuntungan ada pada perusahaan Belanda. Selain maskapai itu ada juga firma Assagaf yang berada di Singapura dengan tujuan memberangkatkan tenaga kerja perkebunan Indonesia untuk pergi haji.

Banyak usaha-usaha Belanda yang dilakukan dalam kaitanya dengan ibdah haji selain perjalanan haji, juga adanya kewajiban yang dikenakan terhadap orang yang pulang dari haji untuk mengenakan pakian haji yang disediakan oleh pemerintah Belanda, supaya mereka membeli kepada pihak Belanda. Kehidupan ekonomi orang yang pergi haji pada masa-masa itu merupakan masa yang cukup baik, kaitnya dengan tumbuhnya ekonomi karena adanya perubahan lahan kerja mereka tidak hanya pada sektor pertanian tetapi juga pada sektor perkebunan dan perdangangan. Dengan banyak pekerja-pekerja buruh dengan penghasilan tinggi, sehingga mereka dapat menabung untuk dapat pergi ke tanah suci.

Pada bab terakhir adalah dalam bidang keagamaan. Hubungan antara Haji dengan aktivitas keagamaan sangat dekat mengingat bahwa orang-orang yang pergi haji tidak hanya untuk menjalankan perintah Allah tetapi juga, belajar di Mekkah. Dalam bab ini banyak mengulas tentang pendidikan keagamaan yang ada, baik di Makkah maupun di Indonesia. Para pelopor pendidikan di Mekkah, mendirikan suatu Majelis Syura yang menaungi bagi jamaah haji dari Indonesia yang bermukim di Makkah untuk belajar pada beberapa waktu. Dari hasil pembelajaran tersebut banyak tokoh-tokoh besar yang lahir dan kembali ke Indonesia untuk melakukan berbagai perubahan pendidikan keagamaan maupun pemikiran politik. Oleh karena itu memasuki abad 20, muncul beberapa model-model pendidikan yang di didirikan oleh para jamaah Haji yang telah belajar di Makkah maupun Mesir. Dalam perjalanannya pun mereka kemudian meningkatkan peranannya tidak hanya dalam dunia pendidikan keagamaan, tetapi merambah pada dunia politik yang dirasa perlu untuk perjuangan melawan penjajah.

PENUTUP

Buku Historiografi Haji Indonesia, memaparkan pembahasannya secara kronologis mulai dari sejarahnya yaitu abad pertama Islam masuk ke Indonesia sampai keabad 20, yang menjadi batasan dalam pembahasan ini. Penjelasannya yang jelas, sehingga menjadikan penulisan sejarah haji ini menjadi sumber yang representative bagi pembahasan-pembahasan sejarah Islam di Indonesia abad 19 dan 20, yang lainya. Karya ini memberikan gambaran ibadah haji Indonesia pada masa kolonial yang penuh dengan perjuangan pribumi untuk dapat menunaikan ibadah haji ini. Selain memaparkan perjalanan haji, Shaleh Putuhena juga menjelaskan hubugan haji dengan politik, ekonomi maupun keagamaan, yang mana telah memberikan pengaruh positif bagi perjalanan politik Islam di Indonesia.

Rangakain peristiwa yang ada, di kaitkan dengan kondisi pada saat itu, sehingga pembaca akan mengetahui sejauh mana perjuangan Ibadah Haji Indonesia ke Tanah Suci, mulai dari mengurus izin haji, pemberangkatan sampai pulang kembali ketanah air, dengan membawa pemikiran-pemikiran keagamaan yang baru.

No comments:

Post a Comment