Thursday, October 6, 2011

LEOPOLD VON RANKE: HISTORIOGRAFI

Oleh: Rahman Soleh, S.Hum

PENDAHULUAN

Historiografi secara umum merupakan penulisan sejarah untuk merekonstruksi peristiwa-peristiwa masalampau. Dengan historiografi ini dapat mengetahui peradaban manusia pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu secara kronologis. Dalam perkembangan historiografi Eropa, penulisan sejarah berawal dari masa Yunani kuno sampai modern dengan corak yang berbeda-beda setiap masanya tetapi masih berkaitan satu penulisan dengan penulisan yang lain.

Dalam perkembangan historiografi modern di Barat terdapat seorang sejarawan yang memiliki keahlian dalam historiografi modern, dia adalah Leopold von Ranke, sejarawan dari Jerman yang konstribusinya terbilang besar terhadap perkembangan sejarah modern di Barat. Sehingga menjadikannya sebagai “Bapak” historiografi modern atau dengan kata lain sebagai pengasas era baru pensejarahan modern di dunia Barat.[1]

PEMBAHASAN

Dalam ilmu sejarah dibedakan menjadi dua kegiatan yang membutuhkan metodologi yaitu metode sejarah dan penulisan sejarah. Dengan mempergunakan metode sejarah dan historiografi, sejarawan berusaha merekonstruksi sebanyak-banyaknya dari masa lampau manusia.[2] Ahli sejarah yang meletakan dasar-dasar penelitian sejarah yang bersifat ilmiah adalah Leopold von Ranke, sejarawan besar pada Universitas Berlin, Jerman.

A. Biografi Leopold von Ranke

Leopold von Ranke lahirkan pada 21 Desember 1795, di daerah Wieche, Saxon yaitu wilayah yang terletak di Jerman Timur,[3] dia adalah anak seorang pengacara dan keturunan keluarga teologis.[4] Setelah selesai studi sekolah menengah Schulforta, ia masuk ke Universitas Leipsic, mengambil bidang Teologi dan ilmu-ilmu dari dunia klasik (Yunani-Romawi) dengan mengambil konsentrasi ilmu bahasa (Filologi), penterjemahan dan penguraian teks-teks lama. Kemudian, setelah selesai kuliah, ia bekerja sebagai guru di Gymnasium Friedrichs di Frankfurt an der Oder, selama tujuh tahun yaitu dari tahun 1818-1825 M.

Minat keilmuan Ranke pada awalnya bukanlah dalam bidang sejarah, melainkan dalam bidang yang menjadi jurusannya ketika masih kuliah yaitu ilmu bahasa, penterjemahan dan penguraian teks-teks lama. Akan tetapi, bidang-bidang tersebut telah memberinya landasan serta dorongan yang kuat untuk terjun dalam bidang sejarah. Minatnya dalam bidang sejarah, itu semakin mendalam, setelah ia menjadi guru di Frankfurt. Sebenarnya pada masa itulah, ia membuat keputusan untuk menumpukkan usaha pengkajian sejarah dan meninggalkan bidang-bidang yang telah dipelajarinya di Universitas dulu. Keputusannya bukanlah semata-mata karena minatnya saja, tetapi juga karena pengaruh dari penulis Sejarawan lain, terutama Niebuhr, Walter Scott dan Herder. Selain itu juga, dipengaruhi oleh unsur-unsur keagamaan.[5]

Dengan perubahan minat itu, ia menghasilkan karya sejarahnya yang pertama dengan judul Sejarah Bangsa-Bangsa Latin dan Tantonik: 1494-1514 ( Geschichte de romanischen und germanischen Volker 1494 bis 1514 ) yang telah diterbitkan pada tahun 1824.Dengan penerbitan ini, ia dikukuhkan menjadi Professor Ekstraordinarius di Universitas Berlin dalam bidang Sejarah. Pada waktu berusia 82 tahun, Ranke mulai menulis apa saja yang dianggap sebagai “Sejarah Dunia”, yaitu menceritakan sejarah perkembangan peradaban Eropa dari zaman Yunani-Romawi kuno sampai akhir zaman pertengahan. Pada hakekatnya “ Sejarah Dunia” yang di maksud itu merupakan sejarah Eropa dalam jangka waktu yang telah di ungkapkan sebelumnya oleh sejarawan yang lain, namun demikian penulisannya yang berjumlah 9 jilid itu, telah mamenuhi cita-citanya sejak muda, yaitu untuk menuliskan sejarah dunia. Ranke sendiri menganggap bahwa karyanya yang terakhir ini merupakan karyanya yang terbesar. Leopold von Ranke meninggal di Berlin pada tanggal 23 Mei 1886 dalam usia 91 tahun.

B. Karya-Karya Leopold von Ranke

Leopold von Ranke telah menghasikan tulisan yang seakan-akan tidak ada putusnya hingga akhir hayatnya. Diperkirakan, ia telah menghasilkan karya sebanyak 63 jilid penulisan sejarah. Salah satu karyanya yang terpenting ialah tulisan pertamanya yang berjudul “Sejarah Bangsa-Bangsa Latin dan Tentonic 1494-1514 (1824) ditulis di Frankfurt, kemudian di ikuti dengan karya-karya lainya, diantara pertengahan tahun 1830-1840 an, ia telah menghasilkan dua penulisan dalam beberapa jilid yang dianggapnya sebagai karya-karya terbaik. Karya-karya itu ialah Sejarah Paus-Paus (1834-1836 M) (3 jilid), Sejarah Islah di Jerman (1839-1847 M) ( 2 jilid = 792 hlm.), Sejarah Prussia (1847-1848 M) (3 jilid), Sejarah Prancis khususnya dalam abad ke-16 dan ke-17 ( 1852-1856 M), Sejarah Servia dan Revolusi Servia (514 hlm.), Teori dan Amalan Sejarah (514 hlm.), Sejarah England, khususnya dalam abad ke-17 (1859-1868 M) (3 jilid), dan yang terakhir adalah penulisan Sejarah Dunia yang di kajinya sampai abad ke- 15, dalam 9 jilid.

Buku karyanya yang pertama berjudul Sejarah Bangsa-Bangsa Latin dan Tentonic ini telah melambangkan sikap kritisnya terhadap sebuah karya sejarah. Pada hakekatnya, buku pertama ini merupakan sejarah politik dan hubungan diplomatik yang biasa saja. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah pandangan-pandangan yang dimuatnya dalam lampiran yang berjudul “Kritik Terhadap Sejarawan Modern”(Zur Kritik Neuever Geschichtsscheiber) yang secara keseluruhan merupakan analisis terhadap sumber-sumber sejarah dikajinya. Analisis itu menunjukkan bahwa sumber-sumber sejarah, seperti teks-teks lama harus dikaji dengan kritik sumber sebelum di terima dan di gunakan sebagai sumber sejarah.[6] Dengan mempelajari sumber-sumber sejarah serta mengujinya menggunakan verifikasi sumber ( kritik ekstern maupun kritik Intern),[7] maka sejarawan akan dapat menentukan keaslian ataupun keshahihan suatu sumber sejarah.[8]

Bagi Ranke, tujuan yang paling utama mengkaji sejarah adalah untuk mewujudkan suatu peristiwa yang dikaji itu seperti fakta aslinya, didasarkan pada sumber-sumber yang ada, seperti sebenarnya yang telah berlaku ( wei es eigentlich gewe sen), dan bukan demi tujuan-tujuan yang tinggi seperti untuk mengadili masa lalu atau kepentingan zaman-zaman akan datang. Ungkapan wei es eigentlich gewe sen, dianggap sebagai tonggak pensejarahan Ranke, sehingga pengikut-pengikutnya menganggap banhwa ungkapan tersebut merupakan tuntutan yang mutlak bagi pengkajian sejarah. Sejak masa Ranke inilah, ilmu sejarah menjadi bagian dari kurikulum Perguruan Tinggi dan berkembang hingga kini dengan berbagai ragam ekspalasi di kalangan ahli sejarah.

Kebanyakan karya-karya Ranke, lebih ditekankan pada bidang sejarah politik dan kegiatan-kegiatan hubungan diplomatik. Ini bukan berarti bahwa peristiwa-peristiwa lain yang “bukan politik”, sebagai bukan peristiwa sejarah. Semua peristiwa tersebut adalah peristiwa sejarah tetapi merupakan bagian dari politik dan kegiatan berpolitik.

Penekanan dalam bidang sejarah politik juga berimbas pada minat serta anutan politiknya. Pada dasarnya Ranke adalah seorang yang bersikap konservatif dari pada segi politik, serta berkeyakinan bahwa negaralah yang memegang tampuk kekuasaan dan bukanlah rakyat. Baginya kekuasaan Negara haruslah berada dalam tangan beberapa pemimpin yang mempunyai kemampuan memimpin serta mempunyai akhlak yang mulia.

Namun demikian, perlu diingat bahwa Ranke bukanlah ahli politik maupun diplomat professional. Ia adalah ahli akademik yang kritis dan melihat perkembangan politik yang berlaku di Eropa sebagai fenomena yang mengancam kestabilan serta tradisi masyarakat Eropa itu sendiri.[9]

C. Konstribusi Leopold von Ranke Dalam Penulisan Sejarah.

Ranke tidak sesekali mengadopsi pendekatan sastra dalam penulisan sejarah yang cenderung membangun ke presentasi klimaks sejarah dan juga membangun tokoh sejarah tertentu yang konstribusinya dianggap menjadi sangat signifikan. Ranke keberatan terhadap filsafat sejarah, khususnya Hegel, yang melihat sejarah itu melalui model-model falsafah atau metafisika tertentu, karena model-model itu mungkin tidak dapat dibuktikan kesejarahanya. Sedangkan metodologi yang di kembangkan oleh Ranke ini adalah penyelidikan secara kritis terhadap sumber-sumber yang akan di gunakan untuk mewujudkan kebenaran sejarah. Disamping menekankan kepentingan dokumen sebagai sumber sejarah, ia juga menekankan perlunya sejarawan bersikap kritis terhadap jenis-jenis dokumen yang digunakan dalam penyelidikan.

Konsep sejarahnya yang seperti itu, telah menyebabkan berlakunya pembentukan konsep sejarah yang dikenal sebagai sejarah yang saintifik. Sejarah yang saintifik sama artinya dengan sejarah itu seratus persen objektif, bahwa kebenaran boleh dibuktikan secara saintifik dan objektif.[10]

Konstribusi lainnya dari Ranke ialah memperkenalkan Seminar dan Quelllinkritik ( kajian yang kritis terhadap sumber-sumber sejarah), sebagai kaidah dalam penelitian sejarah. Seminar dan Quellinkritik, ini merupakan bagian dari pada proses penelitian yang diharapkan dapat menghasilkan karya sejarah yang mengandung peristiwa-peristiwa Wei Es Eigentlich Gewesen (seperti sebenarnya berlaku ) [11]

D. Kelemahan dan Kritikan

Meskipun historiografi modern Eropa yang di asaskan oleh Ranke berkesan sekali, tetapi menjelang tahun 1930an pengaruhnya sudah mulai luntur. Beberapa sejarawan telah menyatakan kesangsian mereka terhadap penulisan sejarah yang tepat yang muncul dari konsep “seperti sebenarnya berlaku”itu. Sejarah yang tepat adalah sesuatu yang mustahil untuk dicapai, Ranke gagal untuk memahami hakikat ini.

Sebenarnya kaidah penyelidikannya sangat mengagumkan, terutama jika di tinjau dari segi amalan-amalan penyelidikan sejarah yang dilakukan pada abad ke 19 dan waktu-waktu sebelumnya di Eropa. Tetapi teknik penulisannya, ataupun eksplanasinya, seperti cara menuliskan catatan kaki, penulisan bibliografi, dan sebagainya masih belum begitu teratur seperti yang ada pada saat ini. Meskipun kaidah kritisnya masih dipakai sampai sekarang ini, namun aliran pensejarahannya yang tertumpu kepada politik dan diplomasi itu telah dianggap sebagai tidak lagi relevan.

Dengan pandangan-pandangan itu, maka H.E. Barnes, kemudian merumuskan empat kelemahan atau kekuarangan Ranke:

  1. Kegagalan menggunakan keseluruhan sumber-sumber yang boleh didapati bagi sesuatu kajiannya.
  2. Terlalu menekankan soal-soal politik dan tokoh-tokoh
  3. Ketaatan keagamaan yang menyebabkan ia memihak kepada teori sejarahnya yang berbentuk ketuhanan.
  4. Terlalu gairah untuk menuliskan sejarah mengenai Luther, keluarga Hohenzollern dari Prussia.[12]

KESIMPULAN

Leopold von Ranke adalah salah seorang tokoh besar dalam penulisan sejarah modern. Sehingga ia, dianggap sejarawan yang ulung di Eropa pada penghujung kesembilan belas hingga awal abad ke- 20an. Ranke menekankan pentingnya penyelidikan secara kritis dan objektif terhadap sumber-sumber atau dokumen yang akan dijadikan sebagai suumber sejarah.

Leopold von Ranke menekankan pentingnya hubungan antara kepribadian penulis dengan apa yang disampaikannya/di laporkannya. Ranke juga menetapkan bahwa penelitian sejarah ditujukan untuk menetapkan fakta yang benar. Karena menurutnya, apa yang di laporkan dalam sumber sejarah bukan fakta karena hanya merupakan pandangan dari penulis dokumen itu.

Konstribusi yang paling penting bagi pengaruh penulisan sejarah di Eropa pada masa abad 19 an adalah konsep Ranke tentang Wei Es Eigentlich Gewesen (seperti sebenarnya berlaku ), ini menjadi dasar bagi penyelidikan fakta sejarah agar mendapatkan sumber sejarah yang objektif dan kritis. Dengan konsep tersebut sejarah tidaklah dicampur adukan dengan dongeng, mitos, legenda ataupun pandangan-pandangan pribadi yang mungkin palsu dari penulisnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

2007

Gottschak,Louis. Mengerti Sejarah, terj.Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan

Penerbit Universitas Indonesia.1975

Usman,Hasan. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana

Depag. 1986

Yusuf, M. Ibrahim. Sejarah Dan Pensejarahan Ketokohan Dan Karya. Malaysia:

Dewan Bahasa dan pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur.

1988.

http://www.age-of-the-sage.org/history/historian/Leopold_von_Ranke



[1] M. Ibrahim Yusuf, Sejarah Dan Pensejarahan Ketokohan Dan Karya (Malaysia: Dewan Bahasa dan pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur, 1988), hlm. 276

[2] Louis Gottschak, Mengerti Sejarah, terj.Nugroho Notosusanto ( Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975), hlm. 32

[3] M. Ibrahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 276-277

[4] http://www.age-of-the-sage.org/history/historian/Leopold_von_Ranke.html.

[5] M. Ibrahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 277

[6] Ibid, hlm. 278-280

[7] Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah ( Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007), hlm. 68

[8] Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah ( Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana Depag, 1986 ), hlm. 78

[9] M. Ibrahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 281-284

[10] http://www.age-of-the-sage.org/history/historian/Leopold_von_Ranke.html. lihat juga M. Ibrahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 286-290

[11] M. Ibarahim Yusuf, Sejarah dan Pensejarahan, hlm. 287

[12] Ibid, hlm. 293-296

No comments:

Post a Comment