Thursday, October 6, 2011

KONDISI ASIA TENGAH MENJELANG MASUKNYA ISLAM

KONDISI ASIA TENGAH MENJELANG MASUKNYA ISLAM

Oleh: Rahman Soleh, S. Hum

I. PENDAHULUAN

Asia Tengah merupakan daerah yang membentang dari laut Kaspia di sebelah barat sampai Cina di sebelah timur, dari perbatasan Rusia di utara sampai perbatasan Pakistan dan Iran di sebelah selatan. Dua sungai besar mengalir menuju danau Aral ( Khorezm ) yaitu Sungai Amu Daria atau Oxus di sebelah barat daya dan Syr Daria di sebelah timur.

Membahas Asia Tengah tentunya tidak bisa dilepaskan dari suku bangsa yang terkenal yaitu Mongol, dengan perannya yang begitu besar bagi kemajuan Islam, meskipun sebelum masuk Islam bangsa Mongol ini suatu bangsa yang ditakuti karena kekejamannya dalam memporak-porandakan dunia Islam di Banghdad.

Daerah Asia Tengah ini sebagian besar terdiri dari pegunungan dan gurun serta stepa. Pertanian ladang dan pengembalaan ternak menjadi penghidupan utamanya. Daerah-daerah subur terdapat pada lembah disekitar sungai Oxus ( Amu Darya ) dan Jaxartes ( Syr Daria ), tempat berdirinya kota-kota Bukhara, Samarkand dan Khiva.[1]

Kondisi secara umum di Asia Tengah ini merupakan daerah yang cukup potensial, baik dalam bidang ekonomi, politik maupun agama, karena daerah tersebut di topang oleh suku bangsa yang terkenal dengan kegigihan ekspansinya. Salah satu hal inilah yang menjadi menarik untuk mengkaji tentang kondisi Asia Tengah menjelang masuknya Islam ke daerah tersebut.

II. PEMBAHASAN

A. Kondisi umum Asia Tengah

Sejarah panjang Asia Tengah, dengan kondisi masyarakatnya yang beragam suku bangsa, bahkan suku-suku bangsa tersebut senang terhadap pengembaraan untuk mencari daerah-daerah yang subur sebagai tempat tinggalnya. Salah satu contoh dari Asia Tengah yang cukup berhasil melalang buana ke Eropa maupun ke Afrika adalah bangsa yang berasal dari daearah Kaukasus di Asia Tengah, dimana kemudian bangsa tersebut terkenal dengan sebutan bangsa Berber. Suku bangsa ini telah berkelana sampai ke Eropa Utara, sebagian keperbatasan Eropa Timur, pada tahun sebelum masehi.[2]

Masyarakat daerah ini juga terdiri dari suku-suku Turki di sebelah barat, Mongol di sebelah timur dan Iran di sebelah selatan. Dalam perjalanan sejarah terjadi percampuran antara suku-suku yang tinggal di sini dan juga suku-suku bangsa lain yang tinggal dari daersah-daerah lain. Sejak abad ke 10 M sampai dengan abad ke 14 M, suku-suku Turki banyak yang beremigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab begitu juga sebaliknya para pedagang Persia dan para pemimpin Arab berdatangan ke negeri ini.

Sejak lama negeri ini di lewati jalan sutra (The Silk Road atau The Silk Route) yakni jaringan sistem perjalanan darat sepanjang 7000 mil yang merupakan jalan besar untuk transport barang-barang dan pengetahuan dari Jepang, Korea, Cina, Asia Tengah, India Utara, Timur Tengah, Eropa dan begitu juga sebaliknya. Jaringan ini mulai beroperasi pada abad ke 5 SM dan berakhir pada abad ke 15 M. Rentang waktu yang cukup panjang ini hampir selama dua Millenium membentuk perjalanan sejarah bagi Eropa dan Asia. Sejarah jaringan ini mendapatkan namanya dari pengiriman Sutera dari Cina ke Eropa meliwati Asia Tengah. Pada awalnya Cina memberikan sutera sebagai hadiah kepada pemerintah-pemerintah Asia dan Romawi.[3] Kemudian pada perkembangan selanjutnya hubungan Asia-Eropa terputus oleh berbagai kendala dan sebab. Namun setelah kemunculan kekuatan mongol di Asia, jalur sutera tersebut dihidupkan kembali. Hasil kebudayaan Cina di Impor oleh pedagang Arab seperti kain sutera, kertas, amunisi, mesin cetak dan kompas ke Afrika, Eropa dan Asia Barat. Dari Eropa mereka impor berbagai barang dan penemuan-penemuan baru. Dari Afrika mereka mendatangkan para budak dan emas. Sehingga dengan hubungan yang sedemikian erat antara negara-negara yang terdapat di Asia Tengah dengan Eropa, Afrika maupun dengan Arab setidaknya telah membawa adanya perubahan baru di dunia politik, ekonomi, budaya maupun agama.[4]

Untuk tujuan perjalanan ini pula, Unta di jinakan dan di pelihara. Karena kegiatan perdagangan ini memberikan banyak keuntungan kepada para perantara, sehingga persaingan pun tidak bisa di hindari dan bahkan sering menimbulkan peperangan diantara para perantara. Bagian terpanjang dari jaringan ini terletak di Asia Tengah, kota-kota yang dilewatinya antara lain Merv, Bukhara, Samarkand. Sebagian dari wilayah Asia Tengah yakni daerah sebelah Timur Laut sungai Jihun/Oxus dikenal dengan nama Ma’wara al-Nahr ( negeri seberang sungai ) atau biasa diucapkan menjadi Mavaranahr.[5]

B. Kondisi Asia Tengah Menjelang Masuknya Islam

Situasi awal menjelang masuknya Islam ke Asia Tengah, kondisi dunia sedang kacau penuh dengan huru-hara dan fitnah. Ada dua superpower di dunia yang menguasai saat itu seperti yang di ungkapkan Hamka dalam bukunya Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, menyatakan bahwa dua kekuatan tersebut adalah Romawi Timur dan Sasania (Asia Tengah dan Barat Daya) yang selalu berperang satu sama lain.[6] Sehingga dapat di analisa bahwa di Asia Tengah kondisi perpolitikannya sudah mengakar kuat pada daerah-daerah tertentu khususnya yang dilewati jalan sutera. Selain itu juga kondisi ekonomi masyarakatnya ketika menjelang Islam daerah tersebut sempat mengalami keterpurukan karena adanya masalah perdagangan antara Asia dan Eropa. Namun akhirnya jalan sutera tersebut kembali normal setelah lahirnya bangsa Mongol yang mengusai Asia Tengah dan sekitarnya. Sedangkan kondisi sosial masyarakat di daerah-daerah tertentu masih hidup sederhana seperti yang ada di hutan Siberia dan Mongolia Luar diantara gurun pasir Gobi dan Danau Baikal, mereka masih hidup nomaden dengan tinggal di perkemahan. Kemudian dari daerah ini lahir sebuah bangsa Mongol yang dalam sejarahnya pernah mengacaukan dunia Islam, tetapi pada akhirnya sesudah masuk Islam, jasa-jasa mereka sangat besar bagi perkembangan Islam di Asia Tengah dan sekitarnya.

Dalam membahas kondisi Asia Tengah ini setidaknya menyinggung sedikit tentang asal usul bangsa Mongol, agar keberlangsungan sejarah Islam di Asia Tengah tidak kabur. Dalam catatan sejarah, Mongol di mulai hanya pada akhir abad ke dua belas dan awal abad ke tiga belas masehi. Tampaknya pada mulanya Mongol itu suatu masyarakat hutan, yang mendiami hutan Siberia dan Mongol Luar, di sekitar danau Baikal, bukanya kaum nomad stepa, meskipun pada mulanya penampilan mereka dalam sejarah adalah penaklukan-penaklukan dari stepa.[7]

Bangsa Mongol pada awalnya mereka masih memeluk ”agama” kuno sekali yaitu penyembahan benda-benda alam dan ruh-ruh, Syamanisme.[8] Namun, kemudian ada sebagian kecil mereka menganut cabang Nestoria (sekte Nasrani) dan Samanniah. Bangsa ini merupakan salah satu anak rumpun dari bangsa Tartar, yang kemunculanya bersamaan dengan bangsa Han. Di Asia Tengah mereka terkenal dengan bangsa Tartar.

Mongol seperti bangsa nomad lainya, mereka hidup dalam pengembaraan dan tinggal di perkemahan. Kehidupan mereka sangat sederhana dengan memburu binatang, mengembala domba serta budaya merampok sudah menjadi perilaku umum bagi mereka. Salah satu yang menonjol dari mereka adalah adanya kepatuhan terhadap pemimpin atau kepala sukunya.[9]

III. PENUTUP

Kesimpulan

Asia Tengah merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan perdagangan anatar Cina, Eropa, Afrika maupun Arab. Jalur perdagangan ini terkenal dengan nama jalan sutera karena komoditas utama yang di perdagangkan adalah kain sutera meskipun ada barang-barang lainnya. Kondisi Asia Tengah sejak dahulu sudah terkenal dengan suku bangsanya yang suka mengembara ke wilayah lain mencari tempat-tempat yang subur untuk di tinggali. Salah satu suku bangsa yang terkenal dari Asia Tengah adalah suku bangsa yang kemudian disebut sebagai suku bangsa Berber ( sebutan bagi suku bangsa lain di luar Byzantium ). Mereka datang berkelana ke Eropa bahkan sampai ke Afrika. Selain itu juga di Asia Tengah terdapat beberapa suku bangsa lain yang mendiami Asia Tengah seperti suku bangsa Turki, Mongol dan Iran.

Hubungan Asia Tengah dengan Timur Tengah sudah terjalin lama dengan adanya perdagangan tersebut. Sehingga wilayah-wilayah yang dilalui jalur perdagangan menjadi lebih maju di banding dengan daerah-daerah pedalaman lainnya di Asia Tengah.

Pada perkembangan selanjutnya yaitu akhir abad ke duabelas sampai awal ketiga belas lahirlah suku bangsa Mongol yang memberikan konstribusi besar bagi perkembangan Islam selanjutnya meskipun dahulunya merupakan penghancur peradaban Islam di Banghdad.

DAFTAR PUSTAKA

Bosworth, C.E. Dinasti-Dinasti Islam.Bandung: Mizan,1980

Karim,Abdul. Islam Di Asia Tengah.Yogyakarta: Bagaskara, 2006

---------. Sejarah Pemikaran Dan Peradaban Islam.Yogyakarta: Pustaka Book

Publisher, 2007

Maryam, Siti,dkk. Sejarah Peradaban Islam “Dari Masa Klasik Hingga Modern”.

Yogyakarta: LESFI, 2004

Tohir,Muhammad. Sejarah Islam Dari Andalusia Sampai Indus. Jakarta:Pustaka

Jaya,1981



[1] Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam “Dari Masa Klasik Hingga Modern” ( Yogyakarta: LESFI, 2004 ), hlm. 199-200

[2] Abdul Karim, Sejarah Pemikaran Dan Peradaban Islam ( Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007 ), hlm. 183

[3] Maryam, Sejarah, hlm. 199-200

[4] Abdul Karim, Islam Di Asia Tengah ( Yogyakarta: Bagaskara, 2006 ), hlm. 98

[5] Maryam,dkk., Sejarah, hlm. 200

[6] Karim, Islam, hlm. 9

[7] C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam ( Bandung: Mizan, 1980 ), hlm. 167

[8] Muhammad Tohir, Sejarah Islam Dari Andalusia Sampai Indus (Jakarta:Pustaka Jaya,1981), hlm. 417

[9] Karim, Islam, hlm. 28-29

No comments:

Post a Comment